Senin, 05 Desember 2011

sejarah kota MAJALENGKA

Pada zaman kerajaan Hindu sampai dengan abad XV di wilayah Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 3 kerajaan : (1) Kerajaan Talaga dipegang oleh Sunan Corenda atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Parung (2) Kerajaan Rajagaluh dipegang oleh Prabu Cakraningrat (3) Kerajaan Sindangkasih, rajanya adalah seorang puteri bernama Nyi Rambutkasih. Terdapat banyak cerita rakyat tentang ke-3 kerajaan tersebut yang sampai dengan saat ini masih hidup di kalangan masyarakat Majalengka. Selain cerita rakyat yang masih diyakini juga terdapat situs, makam-makam dan benda-benda purbakala, yang kesemuanya itu selain menjadi kekayaan daerah juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Kerajaan Sindangkasih (a) rajanya seorang putri yang memiliki paras nan cantik dan molek bemama Nyi Rambutkasih adalah seorang yang beragama Hindu fanatic (b) Kerajaan ini terletak secara geografis berada di Majalengka (c) Nama Sindangkasih diambil dari Mandala Sindangkasih yang semula tempat merupakan tempat kedudukan Ki Gedeng Sindangkasih yang dijabat oleh puteranya yang bernama Ki Ageng Surawijaya (d) Semula nama tempat ini terdapat di wilayah Cirebon yang kemudian dibawa oleh penguasa ;yang dise.but Ki Gedeng Sindangkasih yang lama berkedudukan di Sumedang Larang yaitu Majalengka sekarang (menurut De Pacto Gelu dan Talaga) (e) Nyi Gedeng Sindangkasih atau disebut juga Nyi Ambetkasih dan lebih dikenal lagi adalah Nyi Rambutkasih adalah seorang ratu yang cantik molek, memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi, dikagumi serta sangat dihormati oleh rakyatnya adalah istri Prabu Siliwangi. la adalah orang yang dipercaya oleh Prabu Siliwangi untuk memimpin rombongan yang bermaksud pindah ke Pakuwan Pajajaran (Bogor sekarang), kemudian ia menjadi penguasa di Sindangkasih sebagai ibukota Sumedang Larang.
Penguasa di Sindangkasih sebagaimana disebutkan di atas adalah Nyi Rambutkasih. Sejak sekian lama Nyi Rambutkasih mencium akan datangnya Pangeran Muhamad disertai ayahnya Pangeran Panjunan di Sindangkasih dalam rangka mengadakan kegiatan penyebarluasan ajaran agama Islam dan kegiatan ini disambut baik oleh, masyarakat setempat.
Di Padepokan Sindangkasih, Rambutkasih tengah mengadakan pertemuan dengan semua perwira tinggi kerajaan sehubungan dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh Pangeran Muhamad. Ketika rapat khusus itu sedang berlangsung datanglah Pangeran Muhamad bersama rombongan dengan maksud ingin ketemu dengan Nyi Rambutkasih selaku ratu di Kerajaan Sindangkasih. Dengan ucapan Alhamdulillahirrobiralamin, yang maksudnya Pangeran Muhamad merasa bersyukur serta bahagia dapat bertemu dengan seorang putri cantrk dan sebagai penguasa di Sumedang Larang, tetapi dengan tidak diduga dalam sekejap Nyi Rambutkasih menghilang.
Bersamaan dengan itu terlontarlah ucapan Pangeran Muhamad : “Madya Langka” yang artinya putri cantik telah hilang (tidak ada), sehingga dari kata-kata itu kemudian orang menyebutnya Majalengka. Sejak itulah kemudian Pangeran Muhamad yang didampingi ayahnya Pangeran Panjunan memerintah di Sumedang Larang/Sindangkasih, selanjutnya pada tanggal 10 Muharam 910 H yang bertepatan dengan tanggal 7 Juni 1490 M, sesuai dengan perintah Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon menetapkan Pangeran Muhamad.
Pada masa tuanya Pangeran Muhamad menetap di lereng gunung yang berada di sebelah selatan Majalengka sampai akhir hayatnya gunung tersebut kini dikenal dengan sebutan Gunung Margatapa. Adapun Siti Armilah istri Pangeran Muhamad dimakamkan di belakang pendopo (kantor Pemda) Kabupaten Majalengka, yang dikenal dengan sebutan Nyi Gedeng Badori.
Sumber bacaan : Sunan Gunung Jati : 7 Juni 1490 M, Sindang Kasih Berubah Menjadi Majalengka – Sentana, 1Juni 1997- (TB).

Senin, 21 November 2011

GLOBAL WARMING

GLOBAL WARMING

         Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

sejarah sunda

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah lembut, dan sangat menghormati orangtua. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.
Seperti pada kebudayaan sunda, kebudayaan sunda termasuk kebudayaan tertua.kebudayaan sunda yang ideal kemudian sering dikaitkan sebagai kebbudayaan raja – raja sunda. Ada beberapa waTka dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup.Etos dan watak Sunda itu adalah cageur,bageur,singer dan pinter. Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perludilestarikan. Hampir semua masyarakat sunda beragama Islam namun ada beberapa yang bukan beragama islam, walaupun berebeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan di tujukan untuk alam semesta.
Kebudayaan sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan – kebudayaan lain. Secaraumum masyarakat Jawa Barat atau Tatar sunda , sering dikenal dengan masyarakat religius.Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo “ silih asih, silih asah dan silih asuh, saling mengasihi, saling mempertajam diri dan saling malindungi.Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah budaya lain yang khas seperti kesopanan,rendah hati terhadap sesama, kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih kecil.Pada kebudayaan sunda keseimbangan magis di pertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat sunda melakukan gotong royong untuk mempertahankannya.
Budaya sunda memiliki banyak kesenian , diantaranya adalah kesenian sisngaan, tarian khas sunda, wayang golek,permainan anak kecil yang khas,alat musik sunda yang bisanya digunakan pada pagelaran kesenian.
Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2 – 4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acra khitanan.
Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang diamainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang di mainkan.
Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik .
Tarian Ketuk Tilu , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu, angklung , rampak kendang, suling,kecapi,gong,calung. Angklung adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu , yang unik , enak didengar angklung juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia.
Rampak kendang adalah salah satu instrumen musik tradisional yang di mainkan bersamma – sama instrumen lainnya. Advertisement

SEJARAH DESA SINDANGWANGI

Sejarah Singkat Desa Sindangwangi
Wilayah Desa Sindangwangi dahulu disebut " Hutan Pisang " atau "Leuweung Kebon Cau" wilayah ini dijaga (di reh) oleh seorang yang bernama Bapak Buyut NITAWIJAYA. Mengingat luasnya wilayah Sindangwangi (Leuweung Kebon Cau) ini sekiitar 302,815 Ha. Buyut NITAWIJAYA merasa kewalahan untuk menjaga wilayah yang luas tersebut, khususnya dari "Tukang Maling" yang sering menjarah ke wilayah Sindangwangi. Akhirnya Buyut NITAWIJAYA meminta bantuan kepada Buyut Samberjaya untuk menjaga wilayah sebelah utara, untuk menjaga wilayah sebelah timur kepada Bapak Buyut Sambara, untuk menjaga wilayah sebelah selatan kepada Bapak Buyut Gununglaya, untuk menjaga wilayah sebelah barat kepada Bapak Buyut Bandong dan untuk menjaga wilayah tengah minta bantuan kepada Bapak Buyut Dayar, Buyut Eusi, Buyut Rabon, dan Buyut Kayem.
Bapak Buyut NITAWIJAYA pekerjaanya menggembala kerbau, ditengah hari, pada saat hujan gerimis Bapak Buyut NITAWIJAYA biasa menggiring ternak peliharaannya ke kolam Cipedes, pada saat selesai memandikan kerbaunya ia melihat ada gadis-gadis sedang mandi disebelah selatan kolam tersebut dan ternyata mereka adalah para putri dari Khahiyangan, kemudian Buyut NITAWIJAYA mengendap-endap untuk mengintainya dan berniat untuk mencari tempat penyimpanan pakaian para putri yang sedang mandi tersebut. Setelah ia menemukan tempat penyimpanan pakaian para putri, kemudian Buyut NITAWIJAYA mengambil satu stel pakaian dan disembunyikannya.
Setelah para putri tersebut selesai mandi, mereka merasa terkejut karena pakaian salah seorang putri ada yang mencuri, mereka yang pakaiannya ada kemudian menghilang entah kemana, tinggalah seorang putri yang dicuri pakaiannya sehingga ia tidak bisa menghilang sambil menangis terisak ia mengeluarkan kata-kata yang berbunyi sayembara,
"barangsiapa yang menemukan pakaianku, bilamana laki-laki muda usia akan saya akui sebagai saudara, bilamana sebaya akan saya akui sebagai suami, bilamana tua saya akui sebagai ayah, bilamana perempuan muda akan saya akui sebagai adik, bila sebaya saya akui sebagai kakak dan bilamana lebih tua akan saya akui sebagai ibu".
Kemudian muncullah Bapak NITAWIJAYA sambil bertanya ingin menyakinkan kata-kata putri tadi, apakah hanya di mulut daja atau tulus sesuai dengan kata hatinya. Setelah ada jawaban kepastian dari sang putri, kemudian pakaian tersebut diserahkan kembali kepada sang putri.
Sebagai balasan dari sang putri, Bapak Buyut NITAWIJAYA tidak bermaksud ingin mengawini sang putri jelita tersebut, ia hanya menyampaikan satu permintaan agar putri kahiyangan tersebut bersedia memberikan sebuah nama untuk wilayah "Leuweung Kebon Cau" yang sangat luas itu. Akhirnya sang putri memberi nama "SINDANGWANGI" yang mempunyai arti "SINDANG" artinya mampir, WANGI berarti seungit. Jadi arti seluruhnya mampir karena seungit. Kemudian nama SINDANGWANGI ini diabadikan oleh penduduk setempat dan sampai sekarang menjadi nama sebuah desa yang wangi dengan prestasi dan kemajuan pembangunannya hingga menjadi Ibu Kota Kecamatan Sindangwangi (sekarang).
Berikut ini adalah orang-orang yang pernah menjabat kuwu di Desa Sindangwangi dari sejak berdiri hingga sekarang :
  1. Bapak Buyut Nita Wijaya (1400 – 1475 )
  2. Bapak Neblo ( 1475 - 1535 )
  3. Bapak Meres ( 1535 – 1585 )
  4. Bapak Murta ( 1585 – 1640 )
  5. Bapak Kemas ( 1640 – 1670 )
  6. Bapak Kuwat ( 1670 – 1710 )
  7. Bapak Kemas ( 1710 – 1725 )
  8. Bapak Kabil ( 1725 – 1775 )
  9. Bapak Resep (1775 – 1800 )
  10. Bapak Sarpan ( 1800 – 1815 )
  11. Bapak Wangsa ( 1815 – 1855 )
  12. Bapak Enjo Sutawiguna ( 1855 – 1896 )
  13. Bapak Sabda Singadinata ( 1896 – 1924 )
  14. Bapak Saleh Sacawinata ( 1924 – 1930 )
  15. Bapak Satra Kasma ( 1930 – 1945 )
  16. Bapak Suadi Mastar ( 1945 – 1960 )
  17. Bapak Duljalil ( 1960 – 1962 )
  18. Bapak Eyo Samhudi ( 1962 – 1980 )
  19. Bapak Eso Dursa ( 1980 – 1989 )
  20. Bapak Junanta ( 1989 – 1998 )
  21. Bapak Eso Dursa ( 1998 – 2008 )
  22. Bapak Tata Dinata Isk. ( 2008 – Sekarang )

SMAN 1 RAJAGALUH

Pada awalnya SMAN 1 Rajagaluh merupakan kelas jauh dari SMAN 1 Majalengka, kegiatan belajar mengajar pada waktu itu pada tahun 1984 dilaksanakan di SMPN 1 Rajagaluh.
Sebagai pimpinan pada waktu itu adalah Bapak Abdul Hamid arif, B.A.. Bangunan sekolah pertama pada waktu itu satu lokal gedung kantor, satu lokal gedung laboratorium, dan lima lokal gedung belajar. Pendirian kantor dengan SK Bupati no: 190/A/SK/SDI/1983, tanggal 15 Februari 1983, sedangkan tanah untuk bangunan seluas 15.000 m2 dengan SK Gubernur No. 593/SK 5.11-Pem-Des/1984, tanggal 15 Maret 1984, secara resmi SMAN 1 Rajagaluh didirikan tanggal 9 November 1983 dengan SK pendirian No. D473/0/1983, untuk selanjurnya SMAN 1 Rajagaluh dipimpin oleh:
Drs. M. Djaja Kardja – Majalengka
Drs. Soetardi Hadi Armojo – Cirebon
Drs. Suhana Sukma – Majalengka
Drs. H. Kastoni (pymt) – Kandep
Drs. Amin Wijaya – Bandung
Drs. Isa Ansori Mutaqien – Bandung
Drs. Ari Otara – Cirebon
Drs. H.A. Wahab Sudinata, MM.MH. – Majalengka

Senin, 31 Oktober 2011

cerpen


Tragedi Seorang Calon Abdi Negara

Terdengar bisikan lirih dan ayat-ayat doa yang keluar dari bibir seorang ibu yang semenjak kemarin malam larut dalam kecemasan dan kekhawatiran yang begitu mendalam. Tak henti-hentinya dia memanjatkan kalimat-kalimat permohonan kepada pencipta alam ini atas apa yang terjadi pada diriku.

“ Tolong Suster, cairan infus anak saya sudah hampir habis nih !” kata Ibu penuh kecemasan.
Dengan kesabaran suster tersebut menggantikan kantong cairan infus itu dengan yang baru. Memang Suster Rama termasuk salah satu suster yang paling ramah di antara suster-suster yang lainnya.

“Nah Bu, sudah saya ganti ya, nanti kalau ada yang perlu saya bantu, Ibu jangan sungkan-sungkan memanggil saya kembali ya, “ kata Suster Rama dengan tersenyum.
“Terima kasih, Sus,“ sahut Ibu.

Hari demi hari, minggu demi minggu, dengan penuh penantian akhirnya aku diizinkan oleh dokter untuk pulang dengan saran agar supaya aku rutin menjalankan rawat jalan setiap bulannya. Memang penyakit yang aku alami termasuk penyakit kritis dalam dunia kedokteran yakni penyakit tumor jinak otak. Tak henti-hentinya Ibu selalu mengingatkan dalam keseharianku untuk rajin konsumsi obat-obatan dari resep yang telah diberikan oleh dokter.

Dengan kesabaran aku tak pernah absen meminumnya demi kesembuhan dari penyakitku itu. Hanyalah obat itu yang dapat mempertahankan kesehatanku dan seakan-akan seperti dopping sebagai pencegah agar penyakit tersebut tidak semakin parah. Miris memang, seperti kecanduan saja akan obat-obatan tersebut. Tapi hanya itulah cara yang terus diupayakan supaya aku bisa menjalankan aktifitas hidupku seperti biasa. Walaupun demikian adanya, namun dalam hal pendidikan, aku berhasil menyelesaikannya dengan baik dan tidak mengecewakan.

“Hamid, ini loh koper yang kau butuhkan nanti ! “ Ibu memanggil dari ruang gudang belakang rumah.

Ooops, terperanjat Hamid dari lamunan di masa pahitnya itu , yang membuatnya teringat oleh masa kecilnya waktu itu. Sejak kecil dia memang ingin bercita-cita sebagai seorang yang berguna bagi negara. Dan akhirnya cita-cita itu semakin dekat saja rasanya untuk dicapai olehnya. Setelah sekian lama perjalanan hidupnya dalam hal pendidikan, waktu demi waktu telah beranjak naik tingkat demi tingkat.

“Sekarang waktunya aku harus mempersiapkan apa saja yang akan dibutuhkan sewaktu aku tinggal di asrama nanti,” pikir Hamid sambil mengepak-ngepak barang-barang keperluannya.
Besok adalah hari pertama Hamid meninggalkan kampung halamannya yang letaknya lumayan sangat jauh dari asrama pendidikan calon abdi negara tersebut. Suasana hati yang sedih dan gembira bercampur-aduk menjadi satu dalam benak Hamid.

Pagi yang cerah menyambut dan memberikan semangat baru bagi Hamid untuk berjuang dan mengabdi dalam antusiasme yang mulia di masa depan nanti. Ibunya yang selalu rela dengan sabar merawat dan memberikan kasih sayangnya pada Hamid terlihat berbeda saat itu ketika Hamid ingin berpamitan dan memohon doa restu supaya Hamid dapat menjalankan
pendidikannya dengan gemilang. Seakan-akan tak rela melepaskan kepergian sementara untuk mencapai cita-cita yang didambakan oleh Hamid sejak kecil. Hamid pun tertunduk dan tenggelam dalam derasnya air kesedihan untuk meninggalkan ibunya walapun untuk sementara waktu hingga nanti sampai pendidikannya berakhir.

“Bu, maafkan Hamid yang selalu merepotkan selama ini, aku akan pergi untuk mencapai cita-citaku, Ibu. Doakan Hamid agar selalu ingat pada Allah dan mudah-mudahan berhasil dalam pendidikan ini !” kata Hamid dengan penuh isak tangis. Namun dengan hati mantap dan restu ibunya, ia pun melangkah menuju kendaraan pemberangkatan yang sudah menunggunya di depan rumah. Tak lupa pula adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas memberikannya kenang-kenangan sebuah jam weker unik untuk pengingat waktu sholat.

“Kak, ini kenang-kenangan dariku untuk Kakak supaya Kakak akan selalu ingat pada Allah dan di dalam jam weker ini ada MP3 nya juga, jadi mudah-mudahan ini dapat menghilangkan rasa bosan dan penat Kakak setelah menjalankan aktifitas penuh di sana. Aku sengaja pilihkan lagu-lagu kesukaan Kakak loh !” Dengan senyum dan mata berkaca-kaca adiknya seraya menyodorkan kenang-kenangan itu pada Hamid.

“ Terima kasih,Dik ! “ kata Hamid.
“ Jaga diri dan selamat berjuang Kak Hamid,” sahut adiknya.
Ibu yang sedari tadi hanya terdiam seribu bahasa karena tak tahan membendung derasnya air luhnya, terakhir ia hanya sempat mengucapkan kalimat pendek pada anaknya yang sangat disayanginya itu.

“Hati-hati dan selalu ingat Allah ya Nak, “ kata ibunya.
Hari pertama saat berada di asrama, sepertinya masih asing dan membuat Hamid merasa tidak nyaman.

“Ah, ini hanya sementara saja, nanti akan terbiasa juga kok ! “ pikir Hamid dalam hati.
Maklumlah ini pengalaman pertama ia tinggal jauh dari keluarga dan orang tua. Begitu berat dan melelahkan hari-hari yang dilalui oleh Hamid selama disana. Berbagai peraturan dan aktifitas yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh siswa-siswi tersebut. Jalan tempuh pendidikan yang dilaluinya memang sulit baginya. Semua peraturan-peraturan yang telah diterapkan sengaja dibuat bukanlah untuk menjadikan siswa-siswi pendidikan menjadi robot-robot yang sengaja dicetak oleh negara, namun itu adalah untuk melatih mereka akan kedisiplinan dan tanggung jawab supaya tertanam pada jiwa anak-anak didik yang nantinya akan berguna di masa depan kelak.

“Wuih… lelah banget hari ini !” kata Hamid penuh kelelahan sambil menghempaskan tubuhnya dengan keras di atas tempat tidur asrama. Teman sebelahnya bernama Iwan. Dia datang dari jauh tepatnya di pulau Kalimantan. Kedua orang tuanya masih tinggal bersama dengan kedua adik-adiknya yang masih kecil di sana. Iwan anaknya sangat baik, sifat ini sudah terlihat jelas oleh pikiran Hamid sejak perkenalan pertama kali sewaktu ospek kemarin.

“Sudahlah yang sabar Mid, kita ini kan masih baru awal-awal perjalanan di sini,“ kata Iwan seraya menasehati dan mendinginkan pikiran Hamid yang sudah panas.
“Capek banget nih, apalagi tadi aku sebel juga sama kakak pembina yang sangat arogan itu ! ” sahut Hamid dengan wajah sedikit berkerut.
“Aku juga sebal dibuatnya, ya sudahlah yang penting kita istirahat dulu biar besok segar lagi, OK ! “ kata Iwan.
Waktu itu akhirnya suasana menjadi tenang dan mereka pun terlena oleh alunan musik MP3 yang baru dimainkan oleh Hamid Dan kemudian mereka terlelap tidur dengan buaian mimpi-mimpi mereka.

Sudah seminggu setelah menjalani serentetan kegiatan ospek, mereka pun akhirnya berpisah. Entah apa alasannya, Hamid tidak tahu-menahu tentang hal itu. Isyunya ada sedikit kekeliruan administrasi oleh pihak pendidik atas penempatan asrama siswa-siswi tersebut. Namun persahabatan mereka tidaklah pudar walaupun sudah tidak sekamar lagi. Pada kesempatan waktu luang mereka sering mengadakan diskusi maupun hanya sekedar saling curhat seputar permasalahan mereka masing-masing. Sesekali mereka melontarkan kata-kata jenaka dan canda-canda kecil yang membuat suasana sekitar menjadi hidup dan segar. Hamid anaknya humoris, teguh pendirian dan Iwan sedikit konyol dan supel. Kalau mereka bertemu, dijamin semua teman-teman di sekitar merasa senang dan terhibur.

“Dunia terasa sepi , kalau disini tidak ada Hamid dan Iwan ya Teman-teman !“ salah satu teman mereka bergumam.

Seminggu sekali Hamid dan Iwan selalu meluangkan waktu bersama teman-temannya sekedar untuk main-main maupun berdiskusi dengan segala topik di asrama itu. Entah apa saja yang dapat mereka lakukan, sepanjang kegiatan itu positif, bermanfaat dan tidak melanggar peraturan serta mendapat persetujuan dari pihak pendidik, maka sah-sah saja dilakukan.

Dalam beberapa hari kemudian Hamid mengalami nasib yang malang. Dia dan beberapa siswa lainnya telah teraniaya oleh kakak-kakak senior dalam kegiatan ospek. Hanya karena ketika itu Hamid beserta beberapa temannya menundukkan kepala ketika ada salah satu kakak pembinanya memberikan pengarahan. Kakak senior yang dikenal dengan arogansinya itu menendang dan menghantam kepala dengan kerasnya ke arah kepala Hamid yang sedang tertunduk. Tidak ada luka kentara yang terlihat di tubuhnya, namun hantaman keras yang mengenai kepalanya membuat dia sering merasa pusing dan mual setelah kejadian itu. Dan bahkan sesekali dia pingsan di tengah-tengah kegiatannya.

Sungguh kejadian yang tidak berpendidikan. Apakah ini yang dinamakan mendidik? Kegiatan ospek yang seharusnya bertujuan untuk mendisiplinkan para siswa-siswinya, malah menjadi ajang premanisme. Apakah negara akan mencetak algojo-algojo negara atau abdi negara yang akan selalu melayani dan membela negara dengan berdasarkan asas-asas negara ? Ini tak ubahnya seperti oknum pendidik itu merampas dan mencoreng-moreng cita-cita dan tujuan pendidikan itu didirikan.

Mau dibawa kemana dunia pendidikan di negeri kita ini !
Malam setelah tragedi itu, membuat Hamid tidak bisa tidur. Badannya terasa panas dan pusing terus-menerus yang tak terkira rasa sakitnya. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit selama beberapa hari karena rasa pusingnya yang teramat sangat. Setelah menjalani pemeriksaan, akhirnya dokter menyatakan bahwa ada gangguan yang cukup besar pada pembuluh otak Hamid. Berita ini telah membuatnya terkejut dan tidak berani untuk memberitahukan berita itu kepada orang tua dan keluarganya di rumah. Dia tidak tega dan tidak mau merepotkan orang tuanya lagi, apalagi ibunya yang dulu pernah merawatnya di rumah sakit sewaktu kecil dengan penyakit yang sama yakni di sekitar otak.

Namun ini sepertinya sudah lebih parah daripada yang dulu. Teman yang berada sekamar dengan dia sering mengetahui dan mendengarkan keluhan-keluhan yang terucap oleh Hamid. Dia sering mengeluhkan daerah sekitar kepalanya.
Suatu ketika sewaktu Hamid mengikuti upacara bendera di lapangan, tiba-tiba dia pingsan dan hingga tak sadarkan diri selama satu hari penuh. Akhirnya pihak asrama mengirimkan berita itu kepada orang tua Hamid. Dan alangkah terkejutnya saat itu orang tuanya setelah mendengar berita buruk itu. Bergegaslah orang tua dan adiknya berangkat menuju rumah sakit yang ditunjuk oleh pihak asrama tersebut.

Dengan sisa-sisa nafas yang terakhir, Hamid berpesan pada adiknya untuk terus semangat dalam meraih cita-cita dan menjadi anak yang baik. Dan dia seraya memohon permintaan maaf kepada orang tuanya karena tidak bisa lagi melanjutkan pendidikannya sampai tamat. Sesaat ketika itu suasana menjadi hening dan kemudian isak tangis tersedu-sedu keluar dari mulut seorang ibu yang sangat mencintainya. Linangan air mata seakan-akan mengalir seperti derasnya air bah Tsunami membasahi pipinya. Pupus sudah harapan orang tua Hamid saat itu. Anak yang sangat dibanggakan dan disayanginya meninggalkan mereka dan tak akan kembali di jagat raya ini. Tak ada lagi senyuman, canda tawa dan keberhasilan yang gemilang yang dapat diraih. Entah apa yang mengakibatkan hal itu terjadi pada diri Hamid.

Namun tak lama kemudian orang tua Hamid merasakan suatu keganjalan terjadi yang mengakibatkan nyawa Hamid melayang. Dengan daya upaya orang tua Hamid memperkarakan hal itu ke meja hijau untuk menuntut keadilan dan memberikan pelajaran kepada mereka-mereka yang telah menganiaya anaknya. Dan akhirnya mereka-mereka yang berbuat anarkis itu dijatuhi hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku oleh badan hukum setempat.
Bisakah hukuman tersebut dapat memberikan efek jera pada mereka-mereka? Kita hanya berharap semoga dari kejadian yang menimpa diri Hamid tadi tidak akan terulang kembali di negeri ini.

-------------------------
Cerpen pendidikan ini oleh N Rinawati. Sudah pernah diterbitkan di KolomKita.